Pengertian
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis complex (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia,2002)
Klasifikasi
Berdasarkan Organ yang Terinfeksi
TB PARU
TB EKSTRA PARU
Berdasarkan pemeriksaan dahak
TB Paru BTA + : sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen sputum BTA positif
TB Paru BTA – : dari 3 spesimen sputum BTA negatif, foto toraks positif
Berdasarkan Tipe Pasien dan riwayat pengobatan
Kasus baru
Kasus kambuh (relaps)
Kasus drop out
Kasus gagal
Kasus kronik
Berdasarkan organ ekstra paru yang terserang
TB ekstra paru ringan : TB kelenjar limfe, TB tulang non-vertebra, TB sendi, TB adrenal
TB ekstra paru berat : meningitis, TB milier, TB diseminata, perikarditis, peritonitis, pleuritis, TB vertebra, TB usus, TB genitourinarius
Klasifikasi Tuberkulosis sekunder menurut American Tuberculosis Association:
Tuberkulosis minimal (minimal tuberculosis)
Luas sarang – sarang yang kelihatan tidak melebihi daerah yang dibatasi oleh garis median,apeks, dan iga 2 depan; sarang – sarang soliter dapat berada dimana saja, tidak harus berada dalam daerah tersebut di atas. Tidak ditemukan adanya kavitas
Tuberkulosis Lanjut Sedang (Moderately advanced tuberculosis) :
Luas sarang – sarang yang bersifat bercak – bercak tidak melebihi luas satu paru, sedangkan bila ada lubang, diameternya tidak melebihi 4 cm. Kalau sifat bayangan sarang – sarang tersebut berupa awan – awan yang menjelma menjadi daerah konsolidasi yang homogen, luasnya tidak boleh melebihi luas satu lobus.
Tuberkulosis sangat Lanjut (Far advanced tuberculosis)
Luas daerah yang dihinggapi oleh sarang – sarang lebih daripada Moderately advanced tuberculosis, atau bila ada cavitas, maka diameter keseluruhan semua cavitas melebihi 4 cm.
Diagnosis
Dari anamnesis didapatkan gejala klinik berupa
1. Gejala respiratorik
Batuk-batuk > 2 minggu
Batuk darah
Sesak napas
Nyeri dada
2. Gejala sistemik
Demam
Gejala sistemik lain: malaise, keringat malam, anoreksia, berat badan menurun
3. Gejala tuberkulosis ekstra paru
Gejala tuberkulosis ekstra paru tergantung dari organ yang terlibat, misalnya pada limfadenitis tuberkulosa, pembesaran yang lambat dan tidak nyeri dari kelenjar getah bening, Pada meningitis tuberkulosa sesuai gejala meningitis. Sementara pada pleuritis tuberkulosa gejala sesak napas & kadang nyeri dada pada sisi yang rongga pleuranya terdapat cairan.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan (tergantung derajat berat, organ terlibat dan komplikasi) : keadaan umum lemah, kaheksia, takipnea, febris, dan pada pemeriksaan fisik paru didapatkan tanda-tanda konsolidasi (dull, fremitus meningkat, suara napas bronchial atau melemah, ronchi basah/kering)
Dari pemeriksaan Laboratorium didapatkan LED meningkat
Dari pemeriksaan bakteriologik pemeriksaan Sputum (SPS) positif minimal 2 dari 3 spesimen dan untuk diagnosis pasti dilakukan kultur Mycobacterium tuberculosis positif
Dari pemeriksaan radiologik dilakukan Thorak PA, atau sesuai permintaan Top Lordotik, Lateral dan pemeriksaan CT Scan toraks
Dari pemeriksaan imunoserologis dilakukan tes Mantoux didapatkan positif > 15mm pada orang Indonesia yang imunokompeten
Diagnosis Banding
Pneumonia, infeksi jamur pada paru, tumor paru, penyakit paru akibat kerja
Pemeriksaan penunjang
• Laboratorium : LED
• Mikrobiologis : BTA sputum, kultur resistensi sputum
o Pada kategori 1 dan 3 : sputum BTA diulangi pada akhir bulan ke 2, 4, 6
o Pada kategori 2 : sputum BTA diulangi pada akhir bulan ke 2,5, 8
o Kultur BTA sputum diulangi pada akhir bulan kedua dan akhir terapi
• Radiologis : foto rontgen PA, lateral pada saat awal diagnosis dan akhir terapi dan selama terapi evaluasi foto setelah pengobatan 2 bulan dan 6 bulan.
• Imunoserologis : Mantoux, ELISA, ICT TB (Immunochromatographic tuberculosis), Mycodot
• Pemeriksaan Bactec
• Polymerase Chain Reaction
• Analisis cairan Pleura
• Pem. Histopatologi
Penatalaksanaan
Non medikamentosa
Diet TKTP
Surgical
Istirahat, stop merokok, hindari polusi, tatalaksana komorbiditas, vitamin
Medikamentosa
Pemberian OAT sesuai kategori
Pemberian obat simptomatik
Pencegahan
Non Medikamentosa
Gizi Seimbang
Olahraga teratur
Hindari kontak dengan penderita (masker)
Tidak merokok
Medikamentosa
Imunisasi BCG
Pemberian INH pada anak dengan riwayat kontak, skor TB 5
Upaya pengendalian TB dengan metode DOTS
Cegah terjadinya MDR dengan adanya Pengawas minum obat
Komplikasi
Komplikasi paru : atelektasis, hemoptisis, fibrosis, bronkiektasis, pneumothorax, gagal napas
Komplikasi ekstraparu : pleuritis, efusi pleura, perikarditis, peritonitis, TB KGB, kor pulmonal
Prognosis
Dubia : tergantung derajat berat, kepatuhan pasien, sensitivitas bakteri, gizi, status imun, komorbiditas
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar