Selasa, 29 Januari 2013

TUBERKULOSIS PARU

Pengertian
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis complex  (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia,2002)
Klasifikasi
    Berdasarkan Organ yang Terinfeksi
    TB PARU
    TB EKSTRA PARU
    Berdasarkan pemeriksaan dahak
    TB Paru BTA + : sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen sputum BTA positif
    TB Paru BTA – : dari 3 spesimen sputum BTA negatif, foto toraks positif
    Berdasarkan Tipe Pasien dan riwayat pengobatan
    Kasus baru
    Kasus kambuh (relaps)
    Kasus drop out
    Kasus gagal
    Kasus kronik
    Berdasarkan organ ekstra paru yang terserang
    TB ekstra paru ringan : TB kelenjar limfe, TB tulang non-vertebra, TB sendi, TB adrenal
    TB ekstra paru berat : meningitis, TB milier, TB diseminata, perikarditis, peritonitis, pleuritis, TB vertebra, TB usus, TB genitourinarius
    Klasifikasi Tuberkulosis sekunder menurut American Tuberculosis Association:
    Tuberkulosis minimal (minimal tuberculosis)
Luas sarang – sarang yang kelihatan tidak melebihi daerah yang dibatasi oleh garis median,apeks, dan iga 2 depan; sarang – sarang soliter dapat berada dimana saja, tidak harus berada dalam daerah tersebut di atas. Tidak ditemukan adanya kavitas
    Tuberkulosis Lanjut Sedang (Moderately advanced tuberculosis) :
Luas sarang – sarang yang bersifat bercak – bercak tidak melebihi luas satu paru, sedangkan bila ada lubang, diameternya tidak melebihi 4 cm. Kalau sifat bayangan sarang – sarang tersebut berupa awan – awan yang menjelma menjadi daerah konsolidasi yang homogen, luasnya tidak boleh melebihi luas satu lobus.
    Tuberkulosis sangat Lanjut (Far advanced tuberculosis)
Luas daerah yang dihinggapi oleh sarang – sarang lebih daripada Moderately advanced tuberculosis, atau bila ada cavitas, maka diameter keseluruhan semua cavitas melebihi 4 cm.

Diagnosis
Dari anamnesis didapatkan gejala klinik berupa
1. Gejala respiratorik
    Batuk-batuk > 2 minggu
    Batuk  darah
    Sesak  napas
    Nyeri  dada
2. Gejala sistemik
    Demam
    Gejala sistemik lain: malaise, keringat malam, anoreksia, berat badan menurun
3. Gejala tuberkulosis ekstra paru
Gejala tuberkulosis ekstra paru tergantung dari organ yang terlibat, misalnya pada limfadenitis tuberkulosa,  pembesaran yang lambat dan tidak nyeri dari kelenjar getah bening, Pada meningitis tuberkulosa sesuai gejala meningitis. Sementara pada pleuritis tuberkulosa  gejala sesak napas & kadang nyeri dada pada sisi yang rongga pleuranya terdapat cairan.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan (tergantung derajat berat, organ terlibat dan komplikasi) : keadaan umum lemah, kaheksia, takipnea, febris, dan pada pemeriksaan fisik paru didapatkan tanda-tanda konsolidasi (dull, fremitus meningkat, suara napas bronchial atau melemah, ronchi basah/kering)
Dari pemeriksaan Laboratorium didapatkan LED meningkat
Dari pemeriksaan bakteriologik pemeriksaan Sputum (SPS) positif minimal 2 dari 3 spesimen dan untuk diagnosis pasti dilakukan kultur Mycobacterium tuberculosis positif
Dari pemeriksaan radiologik dilakukan Thorak PA, atau sesuai permintaan Top Lordotik, Lateral dan pemeriksaan CT Scan toraks
Dari pemeriksaan imunoserologis dilakukan tes Mantoux didapatkan positif > 15mm pada orang Indonesia yang imunokompeten
Diagnosis Banding
Pneumonia, infeksi jamur pada paru, tumor paru, penyakit paru akibat kerja
Pemeriksaan penunjang
•    Laboratorium : LED
•    Mikrobiologis : BTA sputum, kultur resistensi sputum
o    Pada kategori 1 dan 3 : sputum BTA diulangi pada akhir bulan ke 2, 4, 6
o    Pada kategori 2 : sputum BTA diulangi pada akhir bulan ke 2,5, 8
o    Kultur BTA sputum diulangi pada akhir bulan kedua dan akhir terapi
•    Radiologis : foto rontgen PA, lateral pada saat awal diagnosis dan akhir terapi dan selama terapi evaluasi foto setelah pengobatan 2 bulan dan 6 bulan.
•    Imunoserologis : Mantoux, ELISA, ICT TB (Immunochromatographic tuberculosis), Mycodot
•    Pemeriksaan Bactec
•    Polymerase Chain Reaction
•    Analisis cairan Pleura
•    Pem. Histopatologi

Penatalaksanaan
    Non medikamentosa
    Diet TKTP
    Surgical
    Istirahat, stop merokok, hindari polusi, tatalaksana komorbiditas, vitamin
    Medikamentosa
    Pemberian OAT sesuai kategori
    Pemberian obat simptomatik

Pencegahan
    Non Medikamentosa
    Gizi Seimbang
    Olahraga teratur
    Hindari kontak dengan penderita (masker)
    Tidak merokok
    Medikamentosa
    Imunisasi BCG
    Pemberian INH pada anak dengan riwayat kontak, skor TB 5
    Upaya pengendalian TB dengan metode DOTS
    Cegah terjadinya MDR dengan adanya Pengawas minum obat

Komplikasi
Komplikasi paru : atelektasis, hemoptisis, fibrosis, bronkiektasis, pneumothorax, gagal napas
Komplikasi ekstraparu : pleuritis, efusi pleura, perikarditis, peritonitis, TB KGB, kor pulmonal
Prognosis
Dubia : tergantung derajat berat, kepatuhan pasien, sensitivitas bakteri, gizi, status imun, komorbiditas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar